Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 16 Desember 2014

TAGGED UNDER:

Dicari : Sosok Anutan

Dicari: Sosok Anutan 

Oleh: Hendra Gunawan



INDONESIA merdeka yang adil dan makmur, dengan kehidupan bangsa yang cerdas (dan
beradab), sebagaimana dicanangkan dalam Pembukaan UUD RI 1945 hingga saat ini
tampaknya belum terwujud. Bahkan, hari demi hari, permasalahan yang dihadapi bangsa
ini justru semakin banyak dan menyeramkan. Sebutkah misalnya masalah korupsi yang
makin merajalela, dari kelas kakap hingga kelas teri, dan terjadi hampir di setiap lini.

Di satu sisi, kita harus mengakui perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
masih bertumbuh secara positif sehingga dipuji negara lain. Konon, menurut dokumen
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang
disusun Menko Perekonomian saat ini, dengan pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat pendapatan per kapita Indonesia pada 2025 akan mencapai US$15 ribu. Pada
saat itu, Indonesia diharapkan akan menjadi kekuatan ekonomi 12 besar dunia. Lebih jauh,
dalam dokumen MP3EI tersebut dijelaskan, negara kita diproyeksikan menjadi salah satu
dari tujuh kekuatan ekonomi di dunia pada 2045 – saat Indonesia berusia 100 tahun!

Namun, di sisi lain, selain masalah korupsi yang telah disebutkan, kita juga masih didera
dengan masalah kemiskinan, kualitas pendidikan yang rendah, dan berbagai permasalahan
sosial seperti konflik horizontal antarmasyarakat, peredaran narkoba, kekerasan seksual,
dan berbagai bentuk kriminalitas lainnya. Belum lagi masalah kemacetan dan rendahnya
mutu infrastruktur yang kita miliki, baik di perkotaan maupun di perdesaan, serta sejumlah
masalah yang berkaitan dengan lingkungan alam.


Dalam keadaan seperti ini, tampaknya kita hanya bisa menggantungkan harapan pada masa
depan. Menurut statistik kependudukan Indonesia, dalam 10 hingga 30 tahun ke depan, kita
akan memasuki demographic window (jendela demografi), dengan jumlah penduduk usia
produktif mencapai sekitar 70% populasi. Jendela demografi tersebut akan menjadi bonus
demografi bila penduduk usia produktif tersebut berkualitas. Bila tidak, bukan tidak
mungkin yang akan terjadi nanti justru sebaliknya: kutukan demografi!

Kekhawatiran akan terjadinya kutukan demografi bukanlah sesuatu yang mengada-ada.
Tengoklah apa yang terjadi di sekitar kita saat ini: masyarakat yang suka menerabas,
melanggar peraturan seenaknya, tidak merawat lingkungan dengan baik, bekerja asalasalan,
berpikir jangka pendek, dan seterusnya. Di era kehidupan modern ini,
intelektualitas dan budaya masyarakat kita justru masih terbelakang. Seperti apa negeri ini
dalam 20-30 tahun ke depan?

Bila kita putus asa dengan perilaku dan kiprah orang dewasa kebanyakan saat ini, tumpuan
harapan kita untuk masa depan Indonesia yang lebih baik ada pada anak-anak dan para
remaja saat ini karena merekalah yang akan memimpin dan mengelola bangsa ini ke depan. Tugas kita sekarang sebagai orang dewasa, khususnya para pendidik, pewarta, dan pemuka
agama serta orang-orang yang masih didengar dan diakui integritasnya oleh masyarakat,
adalah memandu anak-anak dan para remaja, termasuk mereka yang baru memasuki usia
dewasa muda, ke arah yang diidamkan, menuju kehidupan bangsa yang cerdas.

Dengan meminjam kata-kata Presiden Soekarno, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi
langit!”, anak-anak dan para remaja Indonesia perlu disemangati agar mempunyai harapan
dan citacita yang tinggi. Namun, selain memiliki cita-cita, anak-anak dan para remaja juga
perlu mempunyai role model (sosok anutan), yang dapat menginspirasi mereka untuk
bekerja keras meraih cita-cita dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Pertanyaannya, siapakah yang layak menjadi sosok anutan? Dalam konteks merajut
Indonesia masa depan yang adil dan makmur, maju dan beradab, serta disegani dunia,
sosok anutan yang kita perlukan ialah sosok-sosok, baik individu maupun kelompok, yang
diakui masyarakat luas (bahkan mungkin diakui pula oleh dunia) telah berkontribusi besar
dan luar biasa pada kemajuan dan kehidupan bangsa yang cerdas, melalui karya atau
upayanya dalam berbagai bidang atau sendi kehidupan manusia.

Selama ini penulis mengamati masyarakat terlalu terfokus pada ranah politik dan
perekonomian, seolah untuk menjadi seseorang yang terpandang di negara ini haruslah
terjun ke dunia politik atau perekonomian. Padahal, untuk menjadi negara maju dan
beradab, kita perlu menggarap dengan serius berbagai ranah lainnya juga.

Terkait dengan hal itu, menurut hemat penulis, bangsa ini perlu memiliki sejumlah sosok
anutan setidaknya dalam tujuh bidang berikut.

Pertama, dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan, kita perlu menampilkan sosok
yang telah memperluas pengetahuan manusia dengan melakukan penelitian dan
menghasilkan penemuan baru tentang berbagai aspek kehidupan. Mereka antara lain para
ilmuwan dan dokter. Sebagai contoh, pada skala dunia, ilmuwan seperti Isaac Newton
(penemu teori gravitasi) dan Albert Einstein (penemu teori relativitas) merupakan sosok
anutan dalam ranah ini.

Kedua, kita juga perlu mempunyai daftar nama warga Indonesia yang telah menciptakan
karya atau gagasan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Para teknolog, inventor dan
inovator, serta pemikir termasuk dalam ranah ini. Sebagai contoh, pada skala dunia, Bill
Gates (pendiri Microsoft) dan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) dapat menjadi sosok
anutan dalam ranah ini.

Ketiga, bangsa ini juga perlu mencatat orang-orang yang telah menaikkan standar
keunggulan manusia dengan membuat rekor atau capaian baru, yang menunjukkan
keunggulan kemampuan manusia. Mereka antara lain para atlet dan artis yang berprestasi
tinggi. Sebagai contoh, pada skala dunia, kita dapat menyebut nama Usain Bolt (pelari) dan
Adele (penyanyi) sebagai sosok anutan dalam ranah ini.

Keempat, orang-orang atau kelompok yang telah melakukan kegiatan kemanusiaan yang
berdampak pada penguatan bangsa dan keharmonisan hubungan antarkomunitas, atau
antarbangsa, dapat menjadi anutan. Mereka mungkin para negarawan atau tokoh
masyarakat. Sebagai contoh, pada skala dunia, tokoh sekelas Mahatma Gandhi
(negarawan) dan Bunda Teresa (biarawati, aktivis kemanusiaan) merupakan sosok anutan
dalam ranah ini.

Kelima, kita juga perlu mengangkat nama-nama orang atau kelompok yang gencar
menggalakkan kegiatan penyelamatan dan pelestarian lingkungan melalui upaya-upaya
dan/ atau kegiatan ramah lingkungan. Masyarakat umum dan aktivis lingkungan tercakup
di sini. Sebagai contoh, pada skala dunia, ada John Muir dan David Suzuki (keduanya
aktivis lingkungan) yang dapat kita jadikan sebagai sosok anutan dalam ranah ini.

Keenam, orang-orang atau kelompok yang telah berjasa memperluas akses terhadap
pendidikan dan melakukan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan, baik formal
maupun nonformal, pantas menjadi anutan. Masyarakat umum dan aktivis pendidikan
tercakup di sini. Sebagai contoh, pada skala dunia, nama Paulo Freire (filsuf dan pendidik)
dan Salman Khan (perintis pendidikan via internet) merupakan sosok anutan dalam ranah
ini.

Ketujuh, kita juga perlu mempromosikan nama-nama mereka yang berkiprah dalam bidang
humaniora, yang telah membuat manusia lebih manusiawi melalui berbagai kegiatan, karya
seni, atau tulisan. Mereka antara lain para seniman, penyair, dan penulis. Sebagai contoh,
pada skala dunia, kita dapat menyebut Pablo Picasso (pelukis) dan Paulo Coelho (novelis)
sebagai sosok anutan dalam ranah ini.

Pada kesempatan ini, penulis tidak akan mengusulkan namanama warga Indonesia yang
pantas menjadi sosok anutan dalam ketujuh ranah tersebut. Hal tersebut memerlukan waktu
dan diskusi khusus. Penulis percaya, sejak kebangkitan nasional, Indonesia mempunyai tak
sedikit sosok anutan dalam berbagai bidang. Nama dan kontribusi mereka mungkin dapat
dilacak di dunia maya.

Dengan karya atau aktivitas, mereka telah mengharumkan nama bangsa – walau mungkin
tidak sehebat sosok anutan pada skala dunia yang disebutkan sebagai contoh. Sayangnya,
kecuali beberapa orang yang memang sangat terkenal, nama mereka selama ini kurang
terangkat – kalah publisitas daripada para politikus dan pengusaha. Padahal, anak-anak dan
remaja memerlukan sosok anutan dalam berbagai bidang, baik dari Bumi Nusantara ini
maupun belahan dunia lainnya.

Indonesia masa depan yang maju dan beradab itu perlu kita rajut dengan lebih serius dari
sekarang.
Jika dihitung mundur dari 2045, kita punya 32 tahun untuk mewujudkannya, termasuk
mengatasi ketertinggalan negara kita dari negara-negara lain. Mulai hari ini juga, sosoksosok
anutan dalam berbagai bidang perlu tampil, atau ditampilkan, untuk menginspirasi
anak-anak dan para remaja, generasi penerus bangsa, yang akan mengarungi masa depan. ●
[Diterbitkan di MEDIA INDONESIA, 22 April 2013]

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. A die shopuf pogest concludi cum administrasset slushie intus calidum brioche.
Follow me @Mhd_luthfi
Subscribe to this Blog via Email :

0 komentar:

Text Widget

Recent news

About Us

© 2014 Pituluthfi . Designed by Bloggertheme9
Powered by Blogger.
back to top